Selasa, 13 November 2007

RESENSI BUKU



Judul Buku : EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN PEDOMAN
Teoretis Praktis Bagi Pragtisi Pendidikan
Pengarang : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar
Penerbit : PT Bumi Aksara
Tempat Penerbitan : Jakarta
Tahun Penerbitan : 2004
Cetakan : Pertama
Tebal Buku : 152 halaman
ISBN : 979-526-956-9

Program pendidikan sebagai penjabaran dari perencanan pendidikan harus dievaluasi dengan saksama, menggunakan strategi yang tepat sehingga hasilnya dapat di pertanggungjawabkan. Evaluasi terhadap program pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu program pendidikan dan hasil evaluasi dapat dijadikan informasi sebagai masukan untuk menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
Buku ini dapat membantu bagi siapa saja yang sedang belajar mengevaluasi program, atau yang saat ini sedang menyiapkan langkah melakukan evaluasi program. Khususnya evaluasi program pendidikan.
Buku inipun dapat dijadikan pedoman dalam menilai/ mengevaluasi program pendidikan yang sedang berlangsung, baik pada tataran pusat sampai pada tataran bawah yaitu sekolah. Seperti kurikulum, prestasi/hasil belajar siswa, standar kompetensi, dll. Membaca dan menelaah isi program evaluasi saja tidaklah cukup bagi mereka yang ingin memperoleh keterampilan yang langsung diterapkan.
Secara umum saya menilai buku Evaluasi Program Pendidikan ini cukup baik dan cukup lengkap sebagai pedoman bagi para pendidik (guru dan kepala sekolah) serta orangorang yang terkait secara langsung dengan pendidikan dalam mengevaluasi dan menilai program pendidikan yang sedang berlangsung. Banyak hal yang bisa didapat dengan membaca buku ini kaitannya dengan evaluasi suatu kegiatan dan program pendidikan. Diharapkan dengan membaca buku ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai aturan-aturan dan prosedur dalam mengevaluasi suatu program pendidikan.
Adapun dalam buku ini terdiri dai 7 (tujuh) bab yang secara umum penjelasannya sebagai berikut :
  • Bab Pertama membahas mengenai konsep dasar evaluasi program, (pengerian evaluasi program dan tujuan evaluasi (umum dan khusus))
  • Bab Kedua membahas tentang model dan rancangan evaluasi program, antara lain : (a) model yang menekankan pada objek sasaran, (b) model yang menekankan pada tahap atau langkah, (c) model gabungan antara objek sasaran dan langkah, dan (d) model yang menekankan pada kesenjangan
  • Bab Ketiga membahas tentang analisis kebutuhan dalam perencanaan evaluasi program, (evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu: subjektif dan objektif)
  • Bab Keempat membahas tentang tahap-tahap evaluasi program, (meliputi : Persiapan, Pelaksanaan, dan Monitoring pelaksanaan program)
  • Bab Kelima membahas tentang analisis data dalam evaluasi program pendidikan, (meliputi : analisis kuantitatif dan analisis kualitatif)
  • Bab Keenam membahas tentang menyusun laporan evaluasi (meliputi : yaitu: (a) ringkasan eksekutif, (b) pendahuluan, (c) kajian pustaka, (d) metodologi evaluasi, (e) hasil evaluasi, (f) kesimpulan dan rekomendasi, dan (g) daftar pustaka
  • Bab Terakhir membahas tentang tata tulis laporan.

Senin, 05 November 2007

SYARAT YANG HARUS DIPENUHI SEBAGAI SEORANG EVALUATOR

1. MAMPU MELAKSANAKAN

Persyaratan pertama yang harus dipenuhi seorang evaluator adalah bahwa mereka harus mamiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang di dukung oleh teori dan keterampilan praktik.

2. CERMAT

Dapat melihat celah-celahdan detail dari program serta bagian program yang akan di evaluasi.

3. OBJEKTIF

Tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengmbil kesimpulan sebagaiman diatur oleh ketentuan yang harus di ikuti.

4. SABAR DAN TEKUN

Agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrument, mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergese-gesa.

5. HATI-HATI DAN BERTANGGUNG JAWAB

Yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila mash ada kekliruan yang diperbuat, berani menanggung risiko atas segala kesalahannya.

PERBEDAAN EVALUATOR INTERNAL DAN EVALUATOR EKSTERNAL

· EVALUATOR DALAM (INTERNAL EVALUATOR)

Yang dimaksud dengan evaluator internal (evaluator dalam) adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang di evaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator internal adalah :

Kelebihan

1. evaluator memahami betul program yang akan di evaluasi sehingga kehawatiran untuk tidak atau kutang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tapat pada sasaran

2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan

1. adanya unsure subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang di evaluasi menginginkan agar kebijakan tersebut dapat di implementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.

2. Karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.

· EVALUATOR LUAR (EKSTERNAL EVALUATOR)

Yang dimaksud evaluator eksternal (evaluator luar) adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau pelaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada diluar program dan dapat bertindak bebas dan sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator luar ini bisa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan

1. Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator luar dapat berindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengmbil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak akan dapat respons emisional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.

2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekeraja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan

1. Evaluator luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan di evaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang kurang jelas. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. Dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.

2. Pemborosan, mengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Perbedaan menonjol antara evaluator internal dengan evaluator eksternal adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. Oleh karena evaluator eksternal adalah pihak asing yang tidak tahu-menahu dan tidak berkepentingan dengan program, yang diasumsukan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Selasa, 02 Oktober 2007

MACAM-MACAM VALIDITAS

Macam-Macam Validitas

Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular validity.

 Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

 Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

 Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

 Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

 Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

 Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

 Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

 Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

 Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).

Selasa, 25 September 2007